Selasa, 04 Oktober 2016

Literasi Awal untuk Anak


      Literasi Awal untuk Anak
Sastra merupakan bentuk dari gambaran sebuah kehidupan dan gagasan/ide yang dimasukan kedalam bentuk dan struktur bahasa (Huck, 1987:4). Sastra anak hendaknya dapat memberikan kesenangan dan kenyamanan, serta memperluas wawasan anak dalam memperoleh pengalaman dan pengetahuan baru. Anak seringkali belum dapat memilih bacaan sastra yang sesuai dengan dirinya. Oleh karena itu, pembuatan karya sastra anak harus bermanfaat bagi anak, berpusat pada anak dan lingkungannya pun sesuai dengan anak.
Sulzby mengartikan literasi sebagai kemampuan membaca dan menulis. Dalam pengertian luas literasi meliputi kemampuan berbahasa (menyimak, berbicara, membaca dan menulis) dan berpikir menjadi elemen didalamnya (Resmini, :4). Menurut Oxford Dictionary sendiri literasi yaitu kemampuan membaca dan menulis. Literasi awal berkembang seiring dengan proses perkembangan yang dimulai pada satu tahun pertama. Jadi, literasi awal adalah kemampuan anak yang dimulai dari tahun pertama kelahirannya dan sangat erat kaitannya pengalamannya dengan buku dan cerita-cerita.Kemampuan literasi atau kemampuan baca-tulis  ini merupakan kemampuan yang penting dalam perkembangan anak sekolah. Kemampuan baca-tulis berpengaruh pada pencapaian prestasi anak di sekolah. Oleh karena itu, literasi awal untuk anak hendaknya dikenalkan sejak dini.


      Macam – macam Literasi
Menurut Resmini (2012: 4) terdapat tiga jenis literasi, yaitu:
1.      Literasi visual
Liturasi visual merupakan kemampuan dimana individu memiliki kemampuan mengenali penggunaan garis, bentuk, dan warna sehingga dapat menginterpretasikan tindakan, mengenali objek, dan memahami pesan lambang. Literasi visual awal pada anak dapat dilakukan dengan pemberian warna, gambar dan bentuk tulisan yang menarik bagi anak.

2.      Literasi lisan
Literasi lisan merupakan kemampuan berbahasa yang menekankan pada aspek berbicara dan

CERITA FANTASI



       Pengertian Cerita Fantasi
Fantasi adalah khayalan atau lamunan.  Cerita fantasi menurut Huck dkk. (1987:344) adalah cerita yang memiliki makna lebih dari sekedar yang dikisahkan.  Menurut Nurgiyantoro (2013:    ), cerita fantasi adalah cerita yang menampilkan tokoh, alur, latar, atau tema yang derajat kebenaranya diragukan, baik menyangkut (hampir) seluruh maupun hanaya sebagian cerita. Hal itu berarti bahwa dalam cerita fantasipun terdapat berbagai aspek yang bersifat realistik sebagai halnya dalam cerita fiksi realistik baik yang menyangkut tokoh, karakter tokoh, nperistiwa yang dikisahkan, alur, latar, maupun aspek yang lain.  Sehingga dapat disimpulkan bahwa cerita fantasi adalah cerita yang dibuat berdasarkan produk imajinasi seseorang seakan ada dalam kehidupan sehari-hari tetapi kenyataannya hanya dalam impian. Impian-impian dalam fantasi mengungkapkan wawasan baru dalam dunia kenyataan. Fantasi secara konsisten mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan yang universal yang melibatkan pertarungan antara kebaikan dan kejahatan, kemanusiaan seseorang, arti hidup atau mati.
Berdasarkan definisi yang telah dipaparkan, dapat diungkapkan bahwa cerita fantasi bersifat fiktif.  Zoest (1990:5-7) menyebutkan bahwa cerita fantasi adalah (1) menggambarkan dunia yang tidak nyata, (2) dunia yang dibuat sangat mirip dengan kenyataan dan menceritakan hal-hal yang aneh, dan (3) menggambarkan suasana yang asing dan peristiwa-peristiwa yang sukar diterima akal.
Lloyd Alexander (dalam Mitchell    :302), tokoh penulis cerita fantasi memberikan sebuah definisi dari fantasi : “jika cerita berisi unsur dari suatu kemustahilan (paling tidak seperti pengetahuan dunia sekarang ini), dapat diklasifikasi dalam cerita fantasi; jika peristiwa secara hukum alam terjadi di dunia nyata, dapat diklasifikasi dalam cerita realistik”.  Definisi tersebut menegaskan bahwa genre-genre meluncur secara bersama, membuat itu sulit untuk memisahkan genre-genre tersebut.  Bahkan ketika itu tampak nyata mungkin karena seseorang mengidentifikasi buku realistik, ketika orang lain mengkategorikan itu sebagai fantasi karena itu termasuk cerita binatang, yang mana dipandang sebagai kemustahilan.  Bahkan novel yang membawa kita kembali ke masa lalu nampak nyata, mungkin karena penulis membuat peralihan yang seperti tanpa upaya untuk dengan deskripsi yang jelas.
Genre fantasi termasuk fantasi tinggi, perjalanan waktu, sihir dalam kehidupan sehari-hari, dunia fantastik, binatang yang dapat bicara dan berpikir, pertempuran antara yang baik dan yang jahat, dan bahkan cerita fantasi yang berhubungan dengan sejarah.  Karakteristik yang membedakan satu bentuk dengan bentuk lainnya adalah hal yang penting karena bentuk-bentuk cerita fantasi tersebut memberi indikasi dari pengalaman yang anda miliki dengan jenis buku tersebut.  Apakah anda suka apabila memiliki satu kaki dalam dunia nyata dan satu kaki dalam dunia sihir, dan melihat bagaimana dua dunia hidup berdampingan? Apakah anda ingin pergi ke dunia yang baru, dimana kamu dapat melihat bagaimana mereka berorganisasi sosial, kebiasaan apa yang mereka lakukan, dan apa yang mereka anggap “normal” dan melihat dunia kita dengan lebih jelas?  Apakah anda ingin terlibat dalam lorong waktu, dimana satu karakter pergi ke waktu yang lain? Apakah anda ingin berbicara dengan orang-orang yang telah mendahului kita atau orang-orang yang belum terlahir?  Apakah anda menikmati perasaan menjadi seseorang yang dapat berbicara dengan binatang, dapat berpindah dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan mantra sihir, atau menjadi bagian dari dunia mainan?  Semua bentuk dari khayalan-khayalan  yang ada melalui aliran gaib disebut dengan fantasi.

      Karakteristik Cerita Fantasi
Cerita fantasi bagi anak-anak sangat berbeda jika dibandingkan dengan cerita fantasi untuk orang dewasa baik dilihat dari segi isi maupun bentuknya.  Huck menguraikan sebagai berikut: Isi adalah sesuatu yang berhubungan dengan unsur-unsur pendidikan anak. Sedangkan bentuk adalah sesuatu yang

Senin, 03 Oktober 2016

PENERAPAN PRINSIP – PRINSIP PENGEMBANGAN KURIKULUM


 LATAR BELAKANG
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan yang mengetahui tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta caa yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum merupakan komponen sistem pendidikan yang paling rentan terhadap perubahan. Faktor yang mempengaruhi perubahan kurikulum antara lain adalah adanya perubahan filosofi tentang manusia dan pendidikan khususnya mengenai hakikat kebutuhan peserta didik terhadap pendidikan, perkembangan ilmu dan teknologi sehingga subject matter yang harus disampaikan kepada peserta didik semakin banyak dan beragam, adanya perubahan masyarakat baik secara sosial, politik, ekonomi maupun daya dukung lingkungan alam. Karena faktor – faktor tersebut maka salah satu kriteria baik buruknya kurikulum dapat dilihat pada fleksibilitas dan adaptabilitasnya terhadap perubahan. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa pendidikan harus mampu mengantarkan peserta didik untuk hidup pada zaman perkembangan, serta memiliki wawasan global dan mampu berbuat dan bersikap sesuai dengan kebutuhan.
Pengembangan kurikulum adalah kegiatan yang bertujuan untuk menghasilkan kurikulum baru. Dalam kegiatan tersebut meliputi penyusunan, pelaksanaan, penilaian, dan penyempurnaan. Melalui tahap – tahap tersebut akan dihasilkan kurikulum baru. Dengan terbentuknya kurikulum baru, maka tugas pengembangan telah usai, tetapi pengembangan kurikulum adalah suatu proses yang tidak ada akhirnya, kurikulum selalu membutuhkan pengembangan agar dapat mengikuti perkembangan zaman. 
Dalam penerapan pengembangan kurikulum tentu ada dasar yang melatar belakangi pengembangan tersebut. Yang menjadi perhatian besar kita sebagai yang berkecimbung didunia pendidikan ialah tentang isu peralihan kurikulum KTSP ke K13 yang banyak menimbulkan perubahan dalam penerapan pembelajarannya. Peralihan Tentu ada unsur – unsur yang harus diperhatikan mulai dari landasan – landasan, dasar – dasar, prinsip – prinsip dan lain sebagainya. Dalam makalah ini akan membahas mengenai penerapan prinsip – prinsip pengembangan kurikulum ini.

A.      Prinsip Pengembangan Kurikulum
Seperti yang sudah di samapaikan kelompok 3 sebelumnya yang membahas tentang prinsip-prinsip pengembangan kurikulum bahwa pengertian Prinsip pengembangan kurikulum menunjuk pada pengertian tentang berbagai hal yang harus dijadikan patokan dalam menentukan berbagai hal yang terkait dengan pengembangan kurikulum, terutama dalam fase perencanaan kurikulum (curriculum planning), yang pada dasarnya prinsip-prinsip tersebut merupakan ciri dari hakikat kurikulum itu sendiri. Esensi dari pengembangan kurikulum adalah proses identifikasi, analisis, sintesis, evaluasi, pengambilan keputusan dan kreasi elemen-elemen kurikulum. Agar dalam proses pengembangan kurikulum itu bisa berjalan secara efektif dan efisien, maka dalam bekerjanya para pengembang kurikulum harus memperhatikan prinsip-prinsip pengembangan kurikulum.
Dalam pengembangan kurikulum,terdapat banyak prinsip dasar yang dapat digunakan agar kurikulum yang dihasilkan benar – benar sesuai dengan yang diinginkan dan yang diharapkan semua pihak. Prinsip – prinsip ini biasanya dibedakan dalam dua kategori yaitu prinsip umum dan prinsip khusus.  Prinsip umum biasanya digunakan hampir dalam setiap pengembangan kurikulum dimanapun.
Prinsip khusus artinya prinsip yang hanya berlaku ditempat tertentu dan situasi tertentu. Prinsip khusus ini juga merujuk  pada prinsip – prinsip yang digunakan dalam pengembangan komponen – komponen kurikulum secara tersendiri, misalnya prinsip yang digunakan untuk mengembangkan komponen tujuan, prinsip untuk mengembangkan komponen isi kurikulum dan prinsip – prinsip yang mengembangkan komponen – komponen kurikulum lainnya.


1)      Prinsip Umum
Sukmadinata (2012:150–151) menjelaskan bahwa terdapat lima prinsip umum pengembangan kurikulum, yaitu: prinsip relevansi, fleksibelitas, kontinuitas, praktis atau efisiensi dan efektivitas.
a.       Relevansi
Relevansi pendidikan disini adalah adanya kesesuaian antara hasil pendidikan dengan tuntutan